Hidup ditengah-tengah orang Arab yang gemar memuja berhala tidak membuat Nabi Muhammad SAW ikut-ikutan memuja berhala bahkan beliau membenci berhala-berhala itu dan kepada agama yang dianut oleh sebagian besar bangsa Arab. Hal ini telah disepakati oleh sejarawan Islam bahwa Nabi Muhammad SAW tidak pernah memuja berhala, Nabi Muhammad SAW lebih sering mengasingkan diri untuk berfikir tentang penciptaan alam semesta beserta segenap isinya. Gua Hira’ yang berada di bukit Nur (Jabal Nur) adalah tempat dimana beliau berkhalwat dengan khusyu hingga menerima wahyu Allah SWT.
Perkembangan Dakwah Nabi Muhammad SAW periode Mekah:
ketika memasuki empat belas tahun usia pernikahan Nabi Muhammad SAW dengan Siti Khadijah, Nabi Muhammad SAW sering melakukan ibadah diiringi dengan memohon petunjuk kepada Allah SWT, berkhalwat di goa Hira, yaitu goa yang berada di bukit Nur (jabal Nur) yang terletak di dekat Mekah. Berkhalwat ini dilakukan Nabi Muhammad SAW dengan khusuk, kadang sampai beberapa hari beliau baru pulang jika bekal sudah habis. Di sanalah, beliau menghabiskan waktu selama berhari-hari dan bermalam-malam. Pada malam bertepatan dengan malam Jum’at tanggal 17 Ramadhan, yaitu ketika beliau sedang bertafakur di dalam goa Hira dan telah berusia empat puluh tahun, beliau didatangi malaikat Jibril yang seraya berkata kepadanya: “Bacalah!”, ya Muhammad, beliau menjawab: “Saya tidak bisa membaca”. Malaikat Jibril memeluk Nabi Muhammad mengulangi perintah ini untuk kedua kalinya . Dan pada yang ketiga kalinya, nabi Muhammad berkata apa yang harus saya baca, lalu Jibril berkata kepadanya, dengan membawa wahyu pertama dari Allah SWT :
Artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan; Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah; Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah;Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam; Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”. (Al ‘Alaq : 1– 5).
Nabi Muhammad SAW mengikuti apa yang diucapkan malaikat Jibril denagn baik sampai hafal. Setelah itu, Jibrilpun meninggalkannya, dan Rasulullah sudah tidak kuat lagi berada di goa Hira’. Akhirnya beliau pulang ke rumahnya dengan raut muka yang pucat dan menghampiri istrinya Siti Khadijah. Siti Khadijah merasa heran dan bertanya “apa yang sedang terjadi ?” dengan gemetar sambil berkata: “Selimuti saya!, selimuti saya!”, maka Siti Khadijahpun menyelimutinya, sehingga rasa takutnya sirna. Lalu memberitahu Siti Khadijah tentang apa yang telah diperolehnya di Gua Hira’ dan berkata: “Sungguh saya khawatir terhadap diriku”. Khadijah menanggapinya dan menenangkan serta meyakinkan Nabi Muhammad SAW: “Sekali-kali tidak, demi Allah, Dia tidak akan merendahkan dirimu untuk selamanya, karena sesungguhnya engkau adalah orang yang menyambungkan tali persaudaraan, menanggung beban kesusahan orang lain, memberi orang yang tak punya, menjamu tamu, dan menolong orang yang menegakkan kebenaran”.
Setelah tenang Siti Khatijah mengajak Nabi Muhammad SAW untuk menemui saudaranya seorang ahli kitab Waraqah bin Naufal. Di depan Waraqah Nabi Muhammad SAW menceriterakan semua yang terjadi, Waraqah bin Naufal dengan penuh perhatian mendengarkan cerita yang disampaikan Nabi Muhammad, kemudian Waraqah membuka kitab Taurat dan Injil serta berkata “demi Tuhan, yang datang itu adalah Malaikat Jibril yang pernah datang pada Nabi Musa, baik-baiklah menjaga diri, tabahkan hatimu wahai Muhammad, kelak engkau akan diangkat menjadi Rasul, jangan takut, tapi gembiralah menerima wahyu itu”.
Setelah Nabi Muhammad SAW mendapat wahyu yang pertama dari Allah SWT dan juga telah mendapat nasehat dari Waraqah bin Naufal. Beberapa malam Nabi Muhammad SAW telah siap menerima wahyu kembali, tetapi wahyu tersebut tidak kunjung datang. Baru pada malam ke-40 wahyu kedua turun, waktu itu Nabi sedang berjalan-jalan ke suatu tempat. Tiba-tiba mendengar suara : “ya Muhammad, engkau benar utusan Allah”. Nabi merasa takut mendengar suara itu, beliau segera kembali ke rumah menyuruh istrinya Siti Khatijah menyelimuti, suara tadi terdengar lagi dengan jelas dan semakin dekat Jibril mendatanginya sambil duduk di atas kursi antara bumi dan langit, lalu turunlah ayat:
Artinya : “ Hai orang yang berkemul (berselimut); Bangunlah, lalu berilah peringatan!; Dan Tuhanmu agungkanlah!; Dan pakaianmu bersihkanlah; Dan perbuatan dosa tinggalkanlah.”(QS. Al Mudatsir : 1 – 5).
Setelah menerima dan menghafal wahyu itu, nabi Muhammad SAW menanggalkan selimutnya, rasa takut dan gemetarnyapun hilang. Mulai saat inilah Muhammad telah diangkat oleh Allah SWT menjadi Nabi dan Rasul. Tugas baru telah datang, yaitu menyebarkan agama Islam kepada seluruh umat manusia, setelah itu wahyu pun turun terus-menerus dan berkelanjutan. Kepada pamannya Abu Tholib Nabi Muhammad SAW berkeinginan untuk menyampaikan wahyu tersebut tetapi beliau takut kalau kurang mendapat sambutan. Nabi memulai dakwahnya, yang terbagi ke dalam dua fase. Fase pertama secara sembunyi-sembunyi (Sirriyah). Pada fase ini Nabi Muhammad SAW menyeru keluarga dan sahabat dekatnya, Siti Khadijah masuk Islam dan bersaksi atas keesaan Allah dan kenabian suaminya yang mulia. Sehingga, ia adalah orang yang pertama kali masuk Islam.
Kemudian, sebagai balas budi pada pamannya, Abu Thalib yang mengasuh dan menjaganya sejak kepergian ibunda dan kakeknya, Rasulullah memilih Ali dari sekian banyak putranya itu, untuk dididik di sisinya dan ditanggung nafkahnya. Dalam kondisi seperti ini, hati Alipun terbuka dan akhirnya masuk Islam. Setelah itu, barulah Zaid bin Haritsah, seorang budak yang telah dimerdekakan oleh Siti Khadijah menyusul masuk Islam. Rasulullah juga bercerita kepada teman akrabnya, Abu Bakar, maka iapun beriman dan membenarkannya, tanpa ada keraguan kemudian Abu Bakar mengajak teman seperdagangannya mereka menyambut dengan baik, di antar mereka yang kemudian masuk Islam adalah Utsman bin Affan, Zubair bin Awwan, Sa’ad bin Abi Waqas, Thalhah bin Ubaidillah Abdurrahman bin Auf, Abu Ubaidah bin Jarrah dan Al-Arqam bin Abil Arqam
Fase kedua secara terang-terangan (jahriyah) setelah Allah SWT menurunkan firmanya;
Artinya “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu (Muhammad) yang terdekat.” QS As-Syu’ara 214.
Nabi menyeru bani Abdul Muthalib sesudah mereka berkumpul berkatalah Nabi ; “menurut yang saya ketahui belum pernah seorang pemuda membawa sesuatu untuk kaumnya yang lebih utama dari apa yang saya bawa untuk kamu. Saya bawa untuk kamu segala kebaikan dunia dan akherat.”
Perkataan Nabi Muhammad SAW ini disambut dan dibenarkan oleh sebagian dari mereka yang hadir, tetapi ada juga sebagian yang mendustakannya, Abu Lahab pamannya sangat mendustakan demikian juga istrinya. Abu Lahab berkata; “Celakalah engkau ! apa untuk inikah kami engkau panggil ?. sehubungan dengan tindakan Abu Lahab ini Allah SWT menurunkan firman-Nya :
Artinya :” Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan benar-benar binasa dia! ), Tidaklah berguna baginya hartanya dan apa yang dia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak (neraka). Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar (penyebar fitnah). Di lehernya ada tali dari sabut yang dipintal.” QS Al-Lahab 1-5
Kedua fase tersebut dikenal dengan berdakwah secara sembunyi-sembunyi (sirriyah) yang beliau lakukan selama tiga tahun. Dikatakan secara sembunyi-sembunyi disini, mengingat tempat para sahabat, pengikutnya, dan orang-orang yang mereka ajak masuk Islam tersebut bersifat sangat rahasia. Ketika itu Nabi Muhammad SAW mendapat pengikut sekitar 30 orang, mereka mendapat sebutan “Assabiqunal Awwalun” artinya orang yang pertama kali masuk Islam. Sudah banyak yang beriman kepada Rasulullah SAW, namun mereka masih menyembunyikan keislaman mereka. Karena jika satu saja urusan mereka terungkap, maka ia akan menghadapi berbagai siksaan keras dari kaum kafir Quraisy hingga ia murtad (keluar) dari agama Islam.
Dakwah secara terang-terangan (seruan umum)
Selama lebih kurang tiga tahun Nabi Muhammad SAW berdakwah secara rahasia atau sembunyi-sembunyi, lalu Allah SWT menurunkan firman-Nya:
Artinya : “Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik”. (QS. Al Hijr : 94)
Ayat ini menandai dimulainya dakwah Nabi Muhammad SAW secara terang-terangan (secara umum) menyeru ke segenap lapisan manusia kepada agama Islam secara terang-terangan, baik dari golongan bangSAWan maupun lapisan hamba sahaya begitu juga kaum kerabat beliau sendiri atau orang-orang yang jauh. Pada suatu hari, Rasulullah berdiri di atas bukit Shafa memanggil suku Quraisy, hingga orang-orangpun mengerumuninya. Di antara mereka, terdapat pamannya, Abu Lahab, seorang tokoh Quraisy yang paling memusuhi Allah dan Rasul-Nya. Tatkala orang-orang telah berkumpul, beliau bersabda: “Bagaimana pendapat kalian, seandainya saya memberitahu kalian bahwa di balik gunung ini ada musuh yang menanti kalian, apakah kalian mempercayai saya?”, mereka menjawab: “Yang terlintas di hati kami tentang anda adalah kejujuran dan amanah”, beliau lalu bersabda: “Saya adalah orang yang memberi peringatan kepada kalian bahwa di hadapan kalian ada siksa yang maha berat”. Kemudian Rasulullah SAW mengajak mereka untuk menyembah Allah dan meninggalkan berhala yang selama ini mereka sembah. Abu Lahab langsung keluar dari kerumunan orang-orang dan berkata: “Celakalah kamu!, apakah karena ini kamu mengumpulkan kami?”.
Nabi Muhammad SAW tetap melanjutkan dakwah dan memulai secara terang-terangan di tempat-tempat mereka berkumpul, mengajak mereka masuk agama Islam, bahkan beliau melakukan shalat di sisi Ka’bah. Orang – orang kafir yang tidak suka dengan ajaran Islam semakin membenci ajaran yang dibawa Nabi Muhammad SAW, sementara itu, penyiksaan orang-orang kafir terhadap kaum muslimin mereka lakukan pertama sekali mereka halangi hamba sahaya dan orang-orang lemah, sebagaimana yang dialami Yasir dan puteranya ‘Ammar serta istrinya Sumaiyah. Yasir yang akhirnya mati syahid, sedangkan istrinya Sumaiyah wafat karena ditikam tombak Abu Jahal, bahkan Sumaiyah adalah wanita pertama dalam Islam yang mati syahid disebabkan oleh penyiksaan.
Begitu pula siksaan yang ditimpakan Umayyah bin Khalaf dan Abu Jahal kepada Bilal bin Rabah, Khabab Ibnul Aris dan yang lainnya. Sebelumnya, Bilal masuk Islam melalui perantara Abu Bakar. Suatu ketika Umayyah mengetahuinya, lalu ia pun menimpakan berbagai macam siksaan agar Bilal mau meninggalkan Islam. Namun, Bilal menolak dan tetap berpegang teguh pada agama Islam. Lalu Umayyah membawa Bilal keluar kota Mekah dalam keadaan terikat rantai. Setelah tubuhnya ditelentangkan di atas padang pasir yang membara, diletakkan batu besar di atas dadanya, untuk kemudian Umayyah beserta para pengikutnya menghujaninya dengan cambukan. Sungguh suatu penyiksaan yang diluar batas peri kemanusiaan dan kerahiman. Namun, Bilal berkali-kali hanya mengucapkan Ahad, Ahad, (Yang Maha Esa), hingga akhirnya Abu Bakar melihatnya. Dengan seketika itu, Abu Bakar membelinya dari Umayyah dan memerdekakannya di jalan Allah.
Dari serangkaian siksaan yang mendera kaum muslimin ini, Rasulullah melarang kaum muslimin mengumumkan keIslaman mereka, sebagaimana yang beliau lakukan ketika berkumpul bersama mereka dengan cara diam-diam. Karena seandainya beliau berkumpul bersama mereka secara terang-terangan, maka kaum musyrikin pasti menghalangi beliau dalam menyampaikan pengajaran dan petunjuk kepada kaum muslimin. Bahkan hal ini bisa jadi akan mendatangkan bentrokan di antara dua kelompok.
Dan sudah diketahui, bahwa bentrokan ini bisa mengakibatkan kehancuran dan kebinasan kaum muslimin, mengingat sedikitnya jumlah mereka. Oleh karenanya, hikmah yang paling nyata disini adalah mereka harus masuk Islam secara sembunyi-sembunyi. Lain halnya dengan Rasulullah beliau tetap berdakwah dan beribadah secara terang-terangan di hadapan orang-orang musyrik, sekalipun beliau menerima siksaan dari kaum kafir Quraisy. Ada beberapa Faktor yang mendorong kaum Quraisy menentang seruan Islam yaitu :
- Persaingan berebut kekuasaan, kaum Quraisy tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan, mereka mengira bahwa tunduk pada Nabi Muhammad SAW berarti pada kekuasan Bani Abdul Mutholib. Sedangkan susku-suku bangsa Arab selalu bersaing untuk merebut kekuasaan dan pengaruh.
- Penyamaan hak antara kaum bangsawan dengan rakyat biasa (hamba sahaya), tradisi sosial bangsa Arab mengenal kasta, tiap-tiap manusia digolongkan ke dalam kasta-kasta, padahal seruan Nabi Muhammad SAW memberikan hak yang sama kepada setiap manusia, karena itu kasta bangSAWan dari kaum Quraisy enggan menganut agama Islam. Bahkan hamba sahaya bisa lebih mulia dari tuannya apabila dia lebih bertaqwa, Allah SWT berfirman;
Artinya;” …… Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. …… (QS Al-Hujurat; 13)
- Takut akan hari pembangkitan, agama Islam mengajarkan bahwa setelah hari kiamat semua manusia akan dibangkitkan dari kuburnya, orang yang berbuat baik akan mendapat balasan yang baik sedangkan yang berbuat buruk akan mendapat siksaan. Kaum Quraisy tidak dapat menerima agama yang mengajarkan bahwa manusia akanhidup kembali sesudah mati.
- Taklid kepada ajaran nenek moyang, kaum Quraisy merasa berat untuk meninggalkan agama nenek moyang mereka dan mengikuti agama baru tersebut.
- Faktor ekonomi, inilah yang menyebabkan kaum Quraisy enggan meyakini Islam, kerena dalam agama Islam tidak diperbolehkan menyembah berhala, padahal membuat patung adalah sebagai salah satu mata pencaharian mereka.
Hijrah Sahabat ke Habsyi (Abesinia)
Dengan adanya siksaan demi siksaan yang terus menerus dilakukan kaum kafir Quraisy kepada kaum muslimin, terutama kaum muslimin yang tergolong lemah secara ekonomi. Mereka sangat menderita, karena penderitaan mereka inilah maka Rasulullah meminta para sahabatnya untuk hijrah ke Habsyi demi menyelamatkan agama mereka di sisi raja Najasyi, Rasulullah SAW tahu bahwa Raja Habsyi sangat adil dan tak pernah berbuat aniaya pada sesama manusia, kaum muslimin akan aman disana, terutama keamanan sebagian besar kaum muslimin yang mengkhawatirkan diri dan keluarga mereka dari kaum kafir Quraisy. Dan peristiwa ini tepatnya terjadi pada tahun kelima dari masa kenabian.
Hijrah ke Habsyi dilakukan kaum muslimin dalam dua gelombang, rombongan pertama kaum muslimin yang berjumlah lebih kurang10 orang laki-laki dan 4 orang perempuan, pada tahun ke 5 bulan ke tujuh kenabian. Dilanjutkan dengan rombongan hijrah kedua hingga keseluruhannya berjumlah 83 orang laki-laki dan 18 orang perempuan. Di antara mereka terdapat Utsman bin Affan beserta isterinya, Ruqayah binti Muhammad, Zubeir bin Awwan, Abdurrahman bin Auf, Ja’far bin Abu Tholib sebagai pemimpin rombongan dan lain-lain. Orang-orang ini mendapat sambutan yang baik dan penghormatan dari Raja Najasyi. Namun orang-orang Quraisy berusaha merusak kedudukan mereka di Habsyi. Maka mereka mengirim utusan dipimpin Abdullah bin Abi Rabi’ah dan Amr bin ’Ash serta memberi hadiah untuk raja dan memintanya agar menyerahkan kaum muslimin kepada mereka. Mereka mengatakan kepada raja bahwa kaum muslimin menjelek-jelekkan Isa dan ibundanya. Tatkala raja Najasyi menanyakan hal tersebut kepada kaum muslimin, dan merekapun menjelaskan pandangan Islam tentang Isa dengan sebenar-benarnya, maka raja mengamankan mereka dan menolak untuk menyerahkan mereka kepada orang-orang Quraisy.
Tidak hanya itu kaum Quraisy juga melakukan pemboikotan atau pengucilan terhadap kaum muslimin dari pergaulan dengan masyarakat Mekah, yang digantungkan di dinding Ka’bah, berisi antara lain :
- Tidak boleh melakukan jual beli kepada bani Hasyim, bani Mutholib dan umat Islam.
- Dilarang mengadakan perdamaian dengan keluarga bani Hasyim, bani Mutholib dan umat Islam, kecuali Nabi Muhammad SAW diserahkan atau menyerahkan diri pada kaum kafir Quraisy
- Dilarang berbicara, mengunjungi orang sakit dari keluarga bani Hasyim, bani Mutholib dan umat Islam
- Dilarang mengadakan pernikahan dengan keluarga bani Hasyim, bani Mutholib dan umat Islam
- Pemukiman umat Islam dikucilkan di bagian utara kota Mekah dan dijaga ketat oleh kaum kafir Quraisy sehingga mereka tidak dapat berhubungan dengan masyarakat Mekah atau di luar Mekah
Masih dalam tahun yang sama, di Bulan Ramadhan, Nabi Muhammad SAW pergi ke Mekah. Di sana telah berkumpul sekelompok besar kaum kafir Quraisy, lalu beliau berdiri di antara mereka. Namun tiba-tiba beliau membaca surat an-Najm, padahal orang-orang kafir belum pernah mendengarkan kalam Allah, mengingat sebelumnya mereka selalu berwasiat agar tidak mendengar ucapan Rasulullah sedikitpun. Ketika beliau mengejutkan mereka dengan surat ini, dan mengetuk telinga mereka dengan kalam Allah SWT yang sangat menarik ini satu persatu dari mereka tetap ditempatnya mendengarkan kalam Ilahi tersebut. Di hati mereka tidak terlintas apapun selain kalam Ilahi ini, sampai ketika beliau membaca ayat:
Artinya : “Maka bersujudlah kepada Allah dan sembahlah (Dia).
(QS. An Najm : 62)
Kemudian merekapun bersujud. Setiap orang tidak dapat menguasai dirinya untuk tidak bersujud. Dari kejadian ini, maka kaum kafir Quraisy yang tidak menyaksikan peristiwa tersebut mencele atas perbuatan mereka. Ketika itu, mereka mendustakan atas apa yang telah dilakukan oleh Rasulullah dan berkata bahwa Rasulullah telah memuji berhala-berhala mereka. Mereka juga berkata bahwa syafaat berhala-berhala tersebut sangat diharapkan. Mereka melakukan kebohongan besar ini sebagai alasan dari tindakan atas bersujud sebahagian dari mereka.
Hamzah dan Umar bin Khathab masuk Islam
Disaat Nabi Muhammad SAW melaksanakan dakwah Islam kepada kaum kafir Quraisy yang menentang dengan keras dakwah beliau, ada dua tokoh terkemuka Quraisy yang masuk Islam, mereka adalah Hamzah bin Abdul Mutholib dan Umar bin Khathab. Dengan masuknya kedua tokoh terkemuka Quraisy ini merupakan menambah kekuatan bagi kaum muslimin dan harapan akanadanya kemenangan. Umar bin Khathab telah dijuluki oleh Rasulullah dengan al-Faruq, karena Allah telah memisahkan antara yang haq dan yang bathil. Beberapa hari setelah keIslamannya Umar bin Khathab berkata kepada Rasulullah: “Wahai Rasulullah, bukankah kita di atas kebenaran?” Beliau mejawab: “Memang demikian’. Umar berkata: “Kalau begitu untuk apa kita bersembunyi dan menutup diri?” Setelah itu, Rasulullah bersama kaum muslimin yang ada di Darul Arqom membentuk dua barisan. Satu barisan dipimpin Hamzah bin Abdul Muthalib dan barisan lainnya dipimpinn Umar bin Khattab bergerak menuju jalan-jalan di kota Mekah dalam gerakan yang menggambarkan kekuatan dalam perjalanan dakwah, dan sekaligus memulai dakwah secara terang-terangan.
Kaum kafir Quraisy terus berusaha memerangi dakwah ini dengan berbagai macam cara; menyiksa, menganiaya, mengintimidasi, dan membujuk. Namun, semua itu tidak menghasilkan apapun, selain justru menambah keteguhan mereka terhadap agama Islam dan menambah jumlah orang-orang yang beriman. Inilah pemikiran kaum kafir Quraisy untuk memunculkan cara baru, yaitu menulis sebuah lembaran (perjanjian) yang ditanda tangani oleh mereka semua, dan digantung di Ka’bah untuk mengembargo kaum muslimin dan Bani Hasyim. Embargo ini berlaku di semua aspek; tidak boleh terjadi transaksi jual beli, pernikahan, tolong-menolong, dan bergaul dengan mereka. Kaum muslimin terpaksa keluar dari kota Mekah menuju ke salah satu celah gunung di Mekah yang bernama celah gunung Abu Thalib. Di sana kaum muslimin sangat menderita, mereka merasakan kelaparan dan berbagai macam kesulitan. Orang-orang yang mampu di antara mereka menyumbang sebagian harta mereka, bahkan Khadijah menyumbang semua hartanya. Wabah penyakit melanda mereka yang menyebabkan kematian sebagian mereka. Namun demikian, mereka dapat bertahan dan bersabar, tidak ada seorangpun dari mereka yang mundur. Embargo ini terus berlangsung selama tiga tahun.
Kemudian sekelompok pembesar Quraisy yang memiliki hubungan kekerabatan dengan beberapa orang Bani Hasyim berusaha mencabut isi lembaran di atas, dan mengumumkan pada khalayak ramai. Ketika mengeluarkan lembaran, mereka menemukannya telah termakan oleh rayap, tidak ada yang tersisa kecuali satu sisi kecil yang diatasnya tertulis lafadz bismika allahumma (dengan menyebut nama-Mu, ya Allah). Akhirnya, krisispun sirna dan kaum muslimin beserta Bani Hasyim kembali ke kota Mekah. Namun kaum kafir Quraisy tetap pada sikap mereka yang kejam dan bengis dalam memerangi kaum muslimin.
Tahun Duka Cita Atau Ammul Huzni
Setelah umat Islam , keluarga bani Hasyim dan bani Mutholib terbebas dari pemboikotan dan pengasingan dan Nabi Muhammad SAW telah melakukan dakwah lebih kurang 10 tahun. Selang beberapa bulan kemudian, dua orang pelindung Rasulullah, Siti Khadijah binti Khuwalid dan Abu Tholib bin Abdul Mutholib wafat. dua orang yang menjadi tulang punggung dalam melaksanakan tugasnya menyiarkan agama Islam, Abu Tholib menjadi perisai yang melindungi dan memelihara Nabi Muhammad SAW dengan segala kekuatan dan ketabahan hati yang dimilikinya. Penyakit keras telah menjulur ke seluruh tubuh Abu Thalib, dan ia tidak dapat meninggalkan tempat tidur. Tak lama kemudian ia menderita sakaratul maut. Ketika itu Rasulullah berada di sisi kepalanya mengharap agar ia mau mengucapkan kalimat la ilaha illallah sebelum kematiannya.
Namun teman-teman buruknya yang juga berada di sisinya, termasuk tokoh mereka Abu Jahal, mencegahnya dengan berkata kepadanya: “Jangan tinggalkan agama leluhurmu”. Akhirnya iapun meninggal dalam keadaan musyrik. Maka kesedihan Rasulullah SAW atasnya semakin berlipat ganda karena beliau telah ditinggalkannya sebelum pamannya memeluk agama Islam. Namun pantas untuk dicatat saat Abu Tholib sakaratul maut beliau mengucap “ aku telah yakin bahwa agama Muhammad adalah agama yang paling baik “ beberapa ahli sejarah mengambil kesimpulan bahwa Abu Tholib bin Abdul Mutholib telah menganut agama Islam dengan tidak memperlihatkan secara terus terang.
Siti Khadijah binti Khuwalid isteri Nabi Muhammad SAW wafat dalam usia 65 tahun. Selama 25 tahun Siti Khadijah menemani Nabi Muhammad SAW, Siti Khadijah sosok isteri yang setia, orang yang mula pertama mengikuti ajaran Rasulullah, telang menyokong perjuangan dakwah Islamiyah dengan segenap jiwa, raga dan harta, dan selalu memberikan kesejahteraan serta ketenteraman pada diri Nabi Muhammad SAW. menjadi mendamping dan pendukung misi dakwah Rasulullah, sehingga Rasulullah semakin merasakan duka yang sangat pedih. Sementara itu cobaan yang ditimpakan oleh kaumnya kepada beliau setelah kematian Abu Thalib dan isterinya, Khadijah, justru semakin berat. Dengan meningglnya dua orang ini kaum Quraisy semakin menekan Nabi Muhammad SAW dengan menyakitinya secara fisik, menghina dan melecehkan Rasulullah. Abu Lahab, Hakim bin Ash dan Utbah bin Muit selalu melempari kotoran dan najis di jalanan menuju rumah dan ke halaman rumah Nabi Muhammad SAW, bahkan isteri Abu Lahab selalu meletakan duri atau pecahan-pecahan di muka pintu Rasulullah SAW.
Nabi Muhammad SAW Hijrah ke Thaif
Sepeninggal Abu Tholib dan Siti Khadijah, puncak dari sikap permusuhan kaum Quraisy semakin keras. Dalam kondisi ini timbul keinginan dari Nabi Muhammad SAW untuk berlindung ke Thaif negeri yang terkenal berhawa sejuk dan keramahan penduduknya terhadap tamu yang datang.Dengan harapan masyarakat Thaif berkenan mendengan dakwah Islam. Dan perjalanan ke Thaif ini sebenarnya tidaklah mudah, mengingat sulitnya medan yang dilalui disebabkan gunung-gunung yang tinggi yang mengelilinginya. Akhirnya Beliau sampai di Thaif bersama Zaid bin Tsabit. Akan tetapi, setiap kesulitan itu menjadi mudah bila berada di jalan Allah. Selama sepuluh hari tinggal di Thaif Nabi menyampaikan seruan tauhid meskipun ada yang mau menerima dakwah Islam, akan tetapi penduduk Thaif justru banyak yang menolak beliau dengan penolakan yang lebih buruk.
Mereka menyuruh anak-anak kecil untuk melempari beliau dengan batu, sehingga kedua tumit beliau berdarah. Akhirnya, beliau kembali melalui jalan semula menuju Mekah dalam keadaan sedih dan susah. Lalu Jibril bersama malaikat gunung menghampirinya. Jibril memanggil beliau dan berkata: “Sesungguhnya Allah telah mengutus kepadamu malaikat gunung untuk kamu suruh sesuai keinginanmu”. Setelah itu malaikat gunung berkata: “Hai Muhammad, jika kamu mau, aku akan meruntuhkan kedua benda keras ini (maksudnya, dua gunung yang mengelilingi Mekah) di atas mereka”. Nabi menjawab: “Justru saya mengharap agar Allah mengeluarkan dari keturunan mereka, orang yang mau menyembah Allah Yang Maha Esa, yang tidak ada sekutu bagi-Nya”.
Diantara beberapa debat yang dilancarkan kaum musyrikin terhadap Rasulullah adalah mereka menuntut beberapa mukjizat tertentu darinya dengan tujuan menundukkan beliau, dan hal ini terjadi berulang kali. Pernah suatu kali, mereka meminta agar beliau dapat membelah bulan menjadi dua, lalu beliau memohon kepada Allah, untuk kemudian memperlihatkan kepada mereka. Kaum Quraisy menyaksikan mukjizat ini untuk waktu yang lama, tapi mereka tetap saja tidak beriman. Bahkan, mereka mengatakan: “Muhammad telah bermain sihir di hadapan kami”. Lalu seseorang berkata: “Kalaupun toh Muhammad mampu menyihir kalian, namun ia tidak akan mampu menyihir semua orang. Oleh karena itu, mari kita tunggu orang-orang yang sedang bepergian”. Tak lama kemudian, orang-orang yang sedang bepergian itu datang dan kaum Quraisy menanyai mereka. Lalu mereka pun menjawab: “Benar kami telah melihatnya”. Namun demikian kaum Quraisy tetap saja pada kekafiran mereka. Peristiwa terbelahnya bulan ini, seakan-akan sebagai pembuka bagi sesuatu yang lebih besar darinya, yaitu peristiwa Isra’ Mi’raj.
Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW
Kata “Isra” berasal dari bahasa Arab yang berarti perjalanan malam, sedangkan menurut istilah Isra adalah perjalanan Nabi Muhammad SAW pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil ‘Aqsha atau Baitul Maqdis di Palestina. Mi’raj berarti naik atau menuju keatas, menurut istilah Mi’raj adalah naiknya Nabi Muhammad SAW dari Masjidil ‘Aqsha menuju ke al Arsy (Sidrotul Munthaha) untuk menghadap Allah SWT. Isra’ Mi’raj adalah pertolongan dari Allah SWT untuk Nabi yang mulia ini. Pada malam kedua puluh tujuh Rajab dari tahun kesepuluh masa kenabian, ketika Rasulullah tertidur, tiba-tiba Jibril mendatangi beliau dengan membawa Buraq, yang dapat berlari kencang laksana kilat, lalu Jibril menaikkan beliau di atas Buraq ini yang kemudian dari sana beliau dinaikkan ke langit dan melihat tanda-tanda kebesaran Allah SWT yang agung. Allah SWT menceriterakan peristiwa ini dalam firman-Nya :
Artinya: ”Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya ) agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.”
QS Al-Isra’ ; 1
Perjalanan Nabi Muhammad SAW dengan Malaikat Jibril yang pertama menuju Masjidil Aqsha di Palestina, selama perjalanan mereka singgah di lima tempat :
- Kota Yatsrib, sekarang disebut Madinah al Munawarah.
- Kota Madyan, yaitu tempat persembunyian Nabi Musa as ketika dikejar tentara Fir’aun.
- Thursina, yaitu tempat Nabi Musa menerima kitab Taurat
- Bethlehem, yaitu tempat kelahiran Nabi Isa as
- Masjidil Aqsha di Pelestina, yaitu tempat yang dituju dalam perjalanan malam tersebut.
Di setiap persinggahan Nabi Muhammad SAW selalu melakukan shalat dua rakaat. Nabi Muhammad SAW juga disuguhi dua buah gelas yang berisi susu dan arak, Nabi Muhammad SAW mengambil sebuah gelas yang berisi susu, kemudian Malaikat Jibril mengucapkan selamat kepada Nabi Muhammad SAW karena beliau telah memilih yang baik bagi dirinya dan umatnya.
Setelah menjadi imam shalat Rasulullah SAW bersama Malaikat Jibril menuju Sidratul munthaha untuk menghadap Allah SWT. Dalam perjalanan menuju sidrotul munthaha Nabi Muhammad SAW dan Malikat Jibril singgah di tujuh lapis langit yaitu :
- Langit pertama, Rasulullah SAW bertemu dengan Nabi Adam
- Langit kedua, Rasulullah SAW bertemu dengan Nabi Yahya dan Nabi Ishaq
- Langit ketiga, Rasulullah SAW bertemu dengan Nabi Yusuf
- Langit keempat, Rasulullah SAW bertemu dengan Nabi Idris
- Langit kelima, Rasulullah SAW bertemu dengan Harun
- Langit keenam, Rasulullah SAW bertemu dengan Nabi Musa
- Langit ketujuh, Rasulullah SAW bertemu dengan Nabi Ibrahim
Setelah melewati ke tujuh lapis langit tersebut Rasulullah SAW diajak ke Baitul Makmur tempat para malaikat melaksanakan thawaf. Kemudian Rasulullah SAW naik menuju sidratul munthaha dan dalam perjalanan ini malaikat Jibril tidak ikut serta.
Kemudian Nabi Muhammad SAW berjumpa dengan Allah SWT, dalam pertemuan tersebut Allha SWT memerintahkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk melaksanakan shalat sebanyak lima puluh waktu. Ketika hendak turun nabi Muhammad SAW bertemu dengan nabi Musa AS dan diceriterakanlah apa yang telah diperintahkan Allha SWT kepada Nabi Muhammad SAW, nabi Musa menyuruh Rasulullah SAW untuk kembali menghadap Allah SWT untuk memohon keringanan perintah shalat, Allah SWT memberi keringanan kepada nabi Muhammad SAW menjadi lima waktu untuk setiap harinya. Dan Allah SWT menjanjikan pahala yang sama bagi umat nabi Muhammad SAW seperti melaksanakan shalat 50 waktu.
Peristiwa Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW dalam waktu singkat telah tersebar luas kabarnya di masyarakat Mekah. Mengenai peristiwa itu kaum kafir Quraisy semakin membenci serta mengejek dan mencemooh Nabi Muhammad SAW. Abu Jahal menantang kepada Nabi Muhammad SAW untuk menceriterakan peristiwa itu kepada masyarakat Mekah, setelah masyarakat Mekah berkumpul maka Nabi Muhammad SAW menceriterakan peristiwa itu dengan rinci dan tiada yang terlewati. Mendengar cerita Nabi Muhammad SAW bagi umat Islam yang masih lemah imannya banyak yang menjadi murtad tetapi bagi yang kuat imannya tetap tidak tergoyahkan dan tidak terpengaruh oleh ejekan itu, sebab mereka telah yakin tentang kebenaran Nabi Muhammad SAW.
Cerita lain dari peristiwa ini terhadap apa yang dilakukan Abu Bakar Ash Shidiq, ia mempunyai sikap yang berbeda dengan yang lain, setelah ia datangi orang-orang yang masih ragu dengan peristiwa Isra’ Mi’raj, ia mendatangi Rasulullah SAW dan meminta penjelasan langsung dari beliau. Setelah mendengar sendiri dari Rasulullah SAW Abu Bakar Ash Shidiq langsung menerimanya, oleh sebab itu Nabi Muhammad SAW memanggilnya dengan sebutan ”Ash-Shidiq”.
Tamsil dan Hikmah Isra’ Mi’raj
- Tamsil Dalam Isra’
- Nabi Muhammad SAW melihat orang yang memotong padi (panen) terus menerus, beliau bertanya kepada Jibril, siapakah mereka itu ? Jibril menjawab; mereka itu adalah umatmu yang gemar beramal jariah yang kemudian mereka terus menerus memetik pahalanya dari Allah SWT.
- Nabi Muhammad SAW melihat orang yang memukul kepalanya terus menerus, lantas beliau bertanya pada Jibril ”siapakah mereka itu ya Jibril ?. dijawabnya mereka itu ibarat umatmu yang enggan bershalat, yang kelak sangat menyesal dengan memukul kepalanya sendiri terus menerus sekalipun terasa sakit olehnya.
- Nabi Muhammad SAW melihat kuburan yang sangat harum baunya, lalu beliau bertanya ”apakah itu ya Jibril ? jawabnya, itu kuburan Masithoh dan anaknya. Dia mati karena disiksa dengan digodok oleh Fir’aun karena ia mempertahankan imannya kepada Allah SWT.
- Nabi Muhammad SAW melihat orang yang dihadapannya ada dua buah hidangan, sebelah kanannya makanan lezat dan sebelah kirinya makanan busuk,orang itu dengan lahapnya memilih makanan busuk. Rasulullah bertanya : ”Ya, Jibril siapakah mereka itu ?”. Jibril menjawab : ”Ya, Rasulullah, itu bagaikan umatmu yang suka membiarkan nafsunya memilih pekerjaan yang buruk dan dosa daripada beramal baik dan berpahala”.
Tamsil Dalam Mi’raj
Nabi Muhammad SAW melihat orang yang gagah perkasa, orang itu menengok dan melihat ke kirimerasa sedih dan menangis tersedu sedu, tetapi bila menengok dan melihat ke kanan dia berseri seri gembira dan tersenyum senyum. Nabi bertanya : “Siapakah orang itu, ya Jibril?”, jawab Jibril :”Ya Rasulullah dia itu bapakmu yang pertama yaitu nabi Adam AS. Bila beliau melihat ke kiri sedih, karena melihat anak cucunya di dunia berbuat jahat dan dosa. Sebaliknya, bila menengok ke kanan merasa gembira, karena melihat anak cucunya di dunia yang berbuat baik dan beramal shaleh”.
Hikmah Dari Isra’ Mi’raj
Ada banyak hikmah dari peristiwa Isra’ Mi’raj yaitu sebagai berikut :
- Menghilangkan perasaan sedih dan gundah dalam diri Nabi Muhammad SAW yang disebabkan oleh pembelanya yang utama yaitu, pamannya Abu Thalib dan isterinya siti Khadijah. Allah SWT ingin meyakinkan utusan-Nya itu bahwa kebenaran dan keyakinan yang dibawanya tidak akan dapat dikalahkan oleh siapapun.
- Allah SWT hendak memperlihatkan ke-Maha KuasaNya kepada Nabi Muhammad SAW agar ia tetap yakin bahwa Allah akan tetap menolongnya dalam menghadapi musuh musuh yang menghalangi dan membendung dakwah islam.
- Allah SWT mempertemukan dan memperkenalkan Nabi Muhammad SAW dengan para Nabi dan Rasul terdahulu agar dapat menambah semangat dan keyakinannya.
- Allah SWT memperlihatkan kepada Nabi Muhammad SAW bekas bekas kejayaan bangsa bangsa terdahulu yang hancur karena kedurhakaannya kepada Allah SWT dan RasulNya.
- Menguji para pengikut Nabi Muhammad SAW apakah mereka itu beriman kepada agama yang selama ini sudah dianutnya, sekalipun akal dan pikiran mereka belum dapat mengerti dan memahami kejadian tersebut.
- Nabi Muhammad SAW dapat bertemu langsung kepada Allah SWT.
- Allah SWT Menyampaikan perintah melakukan sholat lima waktu kepada Nabi dan umatNya.
Perbandingan Kerasulan Nabi Muhammad SAW Dengan Rasul-Rasul Sebelumnya.
Ada perbedaan yang mendasar kerasulan Muhammad SAW dengan Rasul-rasul Allah SWT yang lain diantaranya :
- Nabi Muhammad SAW diutus untuk seluruh umat manusia, sedangkan Rasul-Rasul yang lain hanya untuk kaumnya saja.
- Nabi Muhammad SAW diutus Allah SWT untuk memperbaiki dan menyempurnakan aqidah dan akhlaq seluruh umat manusia di dunia. Hal ini disebabkan karena Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul yang terakhir dan penutup dari Rasul-rasul sebelumnya.
- Rasul-Rasul sebelumnya oleh Allah SWT diutus hanya untuk memperbaiki aqidah dan akhlaq kaumnya saja, seperti Nabi Musa untuk kaum Luth, Nabi Ibrahim untuk bangsa Ibrani dan Nabi Isa untuk bangsa Israil.
- Pengajaran yang dibawa Nabi Muhammad SAW berlaku untuk sepanjang masa sampai hari Kiamat, sedangkan pengajaran Rasul-Rasul sebelum Nabi Muhammad SAW hanya berlaku pada saat tertentu saja.
- Nabi Muhammad SAW sebagai Rasulullah dilengkapi dengan sifat dan akhlaq yang mulia sehingga menjadi contoh tauladan bagi kehidupan manusia.
- Sejak sebelum Nabi Muhammad SAW diangkat sebagai Rasulullah beliau telah dilengkapi Allah dengan sifat-sifat yang mulia yang diperlukan bagi seorang pemimpin manusia.
- Nabi Muhammad SAW dilengkapi dengan kecakapan-kecakapan tertentu sehingga sanggup menjadi pemimpin masyarakat, dan negara.
- Berdasarkan ajaran-ajaran Allah yang diterima, dan kecakapan-kecakapan yang dimiliki, Rasulullah telah dapat menegakkan pokok-pokok dasar susunan masyarakat yang lengkap baik dalam segi sosial, politik, ekonomi kenegaraan maupun dalam segi agama dan kehidupan beragama.
- Bangsa Arab yangsemula hidup dalam alam kejahilan telah diubah menjadi bangsa yang maju dan disenangi bangsa lain, bangsa yangsemula hina dan tidak dikenal menjadi umat yang terhina ke seluruh dunia. Umat yang semula pecah-pecah dan senantiasa berperang, menjadi umat yang kokoh kuat persatuannya dalam ikatan persaudaraan seagama yang erat.
- Nabi Muhammad SAW telah memanfaatkan kekuatan-kekuatan batinnya untuk mengantar manusia hidup dalam kebahagiaan yaitu : ilmu yang dalam dan luas, kemauan yang kuat tiada mengenal putus asa, serta perikemanusiaan dan kesusilaan yang agung dan tinggi.
Sesuai dengan kondisi masyarakat Arab pada saat itu dan juga perintah dari Allah SWT, maka Nabi Muhammad SAWdalam berdakwah menggunakan taktik dan strategi melalui tahapan sebagaiberikut :
Tahap Dakwah secara sembunyi-sembunyi
Pada permulaan da’wahnya Rasulullah SAW mempergunakan sistem sembunyi-sembunyi, sebab ketika itu pengikutnya baru beberapa orang, sedang keimanan dan keislaman mereka baru dalam tahap permulaan atau tahap dasar.
Materi da’wah baru dalam tahap dasar pula dalam bidang akidah dan akhlaq meliputi : Meng-Esakan Allah, mensucikan dan membersihkan jiwa dan hati, menguatkan persatuan dan meleburkan kepentingan jamaah. Kepada musuh-musuh Islam Rosulullah menghindari dari permusuhan dan pertentangan fisik.
Tahap sembunyi-sembunyi ini berlangsung selama tiga tahun semenjak ke-Rasulan Muhammad. Pengikutnya baru beberapa kaum kerabat Rasulullah, pemuka-pemuka Quraisy, dan beberapa orang bekas hamba sahaya yang dimerdekakan. Semuanya berjumlah 40 orang laki-laki dan wanita.
Merekalah yang menjadi tulang punggung penegak Islam, sebagai pelopor dan penganjur Islam yang disebut ”As Sabiqunal Awwalun.”
Tahap Dakwah secara terang-terangan
Pada tahun kempat setelah turun wahyu pertama Rosulullah mulai menyampaikan da’wahnya secara terang-terangan. Tahap ini dimulai setelah turun wahyu yang memerintahkan untuk berda’wah secara terang-terangan dan menyatakan kebenaran ajaran Islam, serta meninggalkan kemusyrikan, yaitu penyembahan berhala.
Artinya : ”Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepada-mu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.”(QS. Al Hijr : 94)
Setelah wahyu itu turun Rasulullah SAW mengundang semua golongan kaum Quraisy untuk mendengarkan da’wahnya di tengah padang di kaki bukit Safa. Tiap kaum dari suku Quraisy hadir beserta tokoh-tokohnya termasuk Abu Lahab paman Rasulullah SAW. Kemudian Rasulullah SAW mengajak memasuki agama Allah dan meninggalkan agama berhala. Mendengar ajakan ini maka kaum Quraisy bersikap sinis dan bahkan mencemoohkan Rosulullah dengan ucapan-ucapan keji. Pada saat lain di suatu pertemuan keluarga Bani Hasyim Rasulullah SAW menunjukkan tentang kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Rosulullah kembali dicemooh oleh Abu Lahab, dan hanya Ali bin Abi Thalib yang bersedia menolong Rasulullah.
Sejak saat itulah timbul rasa kurang senang dan benci dalam hati kaum Quraisy kepada Rasulullah SAW dan mulailah mereka berusaha untuk menghalangi dan merintangi da’wah Rasulullah SAW. Tahap berdakwah secara terang-terangan ini berlangsung terus selama ke-Rasulan Muhammad sampai wafatnya, sehingga Islam berkembang luas di seluruh jazirah Arab dan negeri-negeri sekitarnya.
Hambatan-hambatan yang dialami
Sebelum Nabi Muhammad SAW menjadi Rasul ia sangat dicintai kaumnya karena kejujuran dan kehalusan budi pekertinya. Akan tetapi setelah Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Rasul dan menyeru kepada mereka agama Allah beliaupun dibenci dan dimusuhi kaum Quraisy.
Tindakan-tindakan kaum Quraisy yang menghambat dan menghalangi da’wah Nabi Muhammad SAW itu antara lain :
- Penghinaan dan siksaan terhadap Rasulullah; Rasulullah dihina sebagai orang gila, tukang sihir, anak celaka, dan lain-lain sebutan penghinan.Pernah dilempari kotoran domba, rumahnya dilempari sampah dan kotoran, di depan pintu rumahnya diletakkan duri yang tajam dan tindakan-tindakan lain yang sangat menyakitkan.
- Ancaman dan siksaan kepada para pengikut Rasulullah; Bilal seorang bekas hamba yang mausk Islam dijemur di panas terik matahari sambil dilempar batu, ayah dan ibu Ammar bin Yasir dibunuh dan ditusuk jantungnya oleh Abu Jahal, Zanirah dicungkil matanya sampai buta, Chibab terbelah dua badannya lantaran diseret dua ekor unta dengan berlawanan arah.
- Bujukan harta, kedudukan dan wanita ; Utbah bin Rabi’ah diutus kaum Quraisy membujuk Rosulullah dengan harta seberapa dia minta, mereka bersedia menjadikan Rosulullah sebagai kepala atua raja, atau menyediakan wanita tercantik di seluruh Arab, asalkan Rasulullah menghentikan kegiatannya menyiarkan agama Islam.Usaha-usaha kaum Quraisy yang lain berupa : permintaan berganti-ganti menyembah Tuhan dan berhala, mengancam Abu Thalib paman Rasul, meminta Nabi Muhammad SAW ditukar dengan pemuda lain, melarang orang Quraisy mendengar Al Qur’an.
- Kaum Quraisy mengasingkan dan memboikot Bani Hasyim dan Bani Muthalib serta Kaum Quraisy dilarang menikah, berjual beli, membantu dan menolong keluarga Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthalib.Pelanggar ketentuan tersebut diancam hukuman berat. Pengasingan ini tidakdicabut sebelum Muhammad diserahkan kepada kaum Quraisy. Akibatnya banyak pengikut Rosulullah yang menderita kelaparan.
Di antara hal-hal yang menyebabkan kaum Quraisy menghalangi da’wah Rosulullah adalah sebagai berikut :
- Mereka khawatir akan kehilangan kekuasaannya sebagai penguasa kota Mekah dan bangsa Arab. Dengan hilangnya kekuasaan mereka lenyap pulalah pengaruh mereka yang sangat besar di kalangan bangsa Arab.
- Mereka tidak menyetujui penghapusan diskriminasi sosial, yang mempersamakan bangsawan dengan rakyat jelata dan hamba sahaya.
- Mereka takut adanya pembalasan pada hari Kiamat, karena perbuatan-perbuatan semena-mena selama ini akan dibalas pada Hari Akhir nanti.
- Mereka tidak mau meninggalkan adat dan tradisi nenek moyangnya seperti berjudi, minum-minuman keras, dan kebisaaan-kebisaaan buruk lainnya.
- Mereka tidak mau kehilangan mata pencaharian dari penjualan arca-arca dan berhala. Dengan tiadanya arca-arca Ka’bah, habis pulalah pengunjung Ka’bah yang datang dari seluruh negeri Arab,dan habis pulalah penghasilan kaum Quraisy sebagai penguasa Ka’bah.
Hal-hal di atas itulah yang menjadikan kaum Quraisy berusaha sekuat tenaga dengan berbagai cara untuk menghentikan kegiatan da’wah Muhammad.
Pertumbuhan Islam pada periode Mekah.
Seperti telah diuraikan terdahulu bahwa pada periode permulaan di Mekah telah beriman sekitar 40 orang dari penduduk Mekah yang mula-mula beriman yaitu sebagai berikut :
- Dari keluarga dekat dan sahabat Rosulullah yaitu Siti Khadijah, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Haritsah dan Abu Bakar.
- Dari pemuda-pemuda Quraisy sejumlah 15 orang, diantaranya Usman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Saad bin Abi Waqas, Zubeir biN Awwan, Thalhah bin Ubaidillah, Ubaidah bin Harits dan Ja’far bin Abi Thalib.
- Dari bekas hamba sahaya antara lain : Bilal, Amar, Zanirah dan Khibab.
- Dari pahlawan-pahlawan Quraisy yaitu Umar bin Khattab dan Hamzah bin Abdul Muthalib.
- Dari lain-lain : Ummu Habibah anak Abu Sufyan, Rukaiyah putra Rosulullah, Fathimah dan suaminya. Sa’id bin Zaid, Na’im bin Abdillah dan lain-lain.
Wahyu yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW menjadi penggerak untuk menegakkan kebudayaan Islam. Ayat 1-5 Surat Al Alaq mendorong muslimin menuntut ilmu pengetahuan dan dengan ilmu pengetahuan itu mereka mempelajari dan mendalami ajaran-ajaran Islam mengenai aqidah, syariah dan akhlak.Dan dari keindahan ushub dan bahasa serta isi dari ayat-ayat Al Qur’an inilah, maka bangsa Arab sangat tertarik dan terpesona, sehingga seorang demi seorang menyatakan diri mengikuti ajaran Islam.
Pada periode Mekah pertumbuhan Islam baru dalam tahap pengumpulan pengikut dan pemantapan aqidah dan akhlaq kaum muslim. Perluasan daerah kekuasaan Islam belum dapat dilaksanakan. Pada periode ini justru Rosulullah menghindar diri dari permusuhan dan pertentangan dengan kaum Quraisy.